Budaya, Makanan, Ciri Khas Maluku
BUDAYA
- Tari Cakalele
Cakalele adalah tarian perang tradisional maluku yang digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup).
Para penari pria biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai) sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Penari pria mengenakan kostum yang didominasi warna merah dan kuning, serta memakai penutup kepala alumunium yang disisipi dengan bulu putih. Kostum celana merah pada penari pria melambangkan kepahlawanan, keberanian, dan patriotisme rakyat Maluku. Pedang atau parang pada tangan kanan penari melambangkan martabat penduduk Maluku yang harus dijaga sampai mati, sedangkan perisai dan teriakan keras para penari melambangkan gerakan protes melawan sistem pemerintah yang dianggap tidak memihak pada rakyat. Sumber lain menyatakan bahwa tarian ini merupakan penghormatan atas nenek moyang bangsa Maluku yang merupakan pelaut.Sebelum mengarungi lautan untuk membajak pesawat, nenek moyang mereka mengadakan pesta dengan makan, minum, dan berdansa. Saat tari Cakalele ditampilkan, terkadang arwah nenek moyang dapat memasuki penari dan kehadiran arwah tersebut dapat dirasakan oleh penduduk asli.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Cakalele
MAKANAN
- Papeda
Papeda adalah makanan berupa bubur sagu khas maluku dan papua yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Papeda berwarna putih dan bertekstur lengket menyerupai lem dengan rasa yang tawar. Papeda merupakan makanan yang kaya serat, rendah kolesterol dan cukup bernutrisi.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Papeda
CIRI KHAS MALUKU
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai
Moluccas dan
Molukken adalah provinsi tertua yang ada di Indonesia,
lintasan sejarah Maluku telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan
besar di Timur Tengah seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Firaun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia, dan Mesir
menyebutkan
adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil alam berupa cengkeh, emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku yang memang merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkeh dan Mutiara. Pala dan Fuli dengan mudah didapat dari Banda Kepulauan,Cengkeh dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon, Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di Kota Dobo Kepulauan Aru.
Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai
Ambon Manise, kota Ambon berdiri di bagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur. Ada wacana bahwa Kota Ambon Manise
sudah semakin padat, sumpek, dan tidak lagi layak untuk menampung
jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun meningkat tajam yang merupakan
ibu kotapProvinsi akan menjadi kota biasa karena ibu kota direncanakan
pindah ke negeri Makariki di Kabupaten Maluku Tengah.
Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah
1.533.506 jiwa. Maluku terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan
langsung dengan Maluku Utara dan Papua Barat di sebelah utara,
Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara di sebelah barat, Laut Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara Timur di sebelah selatan serta Laut Aru dan Papua di sebelah timur.
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam Sunni yang dianut 50,8 % penduduk Maluku dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4 % penduduk Maluku. Maluku tercatat dalam ingatan sejarah dunia karena konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara
basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon.
Selepas tahun 2002, Maluku berubah wajah menjadi provinsi yang ramah
dan damai di Indonesia, untuk itu dunia memberikan suatu tanda
penghargaan berupa Gong Perdamaian Dunia yang diletakkan di ACC (Ambon City Centre).
Pada tahun 1999 ketika konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara
basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon melanda Maluku, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibu kota di Sofifi. Namun, karena Kota Sofifi dinilai belum siap menjadi ibu kota maka pusat pemerintahan sementara sampai 2009 berada di Kota Ternate yang berada di Pulau Ternate.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku